January 02, 2009

Laskar Pelangi


"Menarilah... dan terus tertawa ..,"
sayup terdengar dari radio di ruang tengah keluarga di rumah yang kuhuni ketika aq selesai membaca buku pertama tetralogi Andrea Hirata. buku yang membuatku tertawa tapi juga membuatku tampak ketinggalan jaman karena yang lain sudah membaca Maryamah Karpov, aku masih di buku pertama. Bagaimana g ketinggalan, orang banyak tugas dan paper yang harus diselesaikan demi tuntutan sekolah. yang membuatku merenung dan menjadi seorang pelamun karena memikirkan nasib seorang Lintang 12 tahun berselang. Betapa roda dunia dan nasib begitu drastisnya berputar. betapa sang nasib menentukan seseorang. betapa sebuah lingkungan menentukan masa depan dan nasib seseorang. betapa sebuah lingkungan menetukan warna hidup seseorang. dari sang jenius kecil Lintang menjadi pelangi yang samar-samar karena tuntutan hidup keluarganya. tidak ada gambaran berwarna dihidupnya karena adanya 14 mulut yuang harus dia tanggung.
akan tetapi, si Lintang telah menjadi pelangi di mata keluarganya.
Seandainya, sang tangan nasib mau berpihak dan menjadikanya pelangi yang menerangi semua orang bukan saja keluarganya.

No comments:

Post a Comment