Rasa cemas itu akhirnya hilang setelah tamu bulanan yang harusnya datang satu minggu yang lalu, menghampiriku. Rasa cemas campur khawatir karena sisa trauma yang sampek sekarang masih menggema di ruang benak dan jiwaku. Trauma dan rasa khawatir yang mungkin kaum Adam (suamiku sih) agak susah untuk memahami.
Aku masih bisa merasakan sakit yang luar biasa dengan kehamilan pertamaku. Kehamilan yang diwarnai dengan pendarahan sehingga aq harus benar2 bed rest. Kehamilan yang berakhir dengan keguguran putra pertamaku yang masih berusia lima bulan kandungan.
Bahagia masih terasa ketika kehamilan keduaku, God gives me the greatest gift, a girl. Dia sekarang sudah berusia empat tahun dan duduk di TK A. Suara tawa dan canda serta polah nakal dan mbelingnya membuatku lupa kalo proses kelahirannya tanpa didampingi bapaknya. Sang Bapak yang bertugas di propinsi orang.
Belum lagi effect pasca melahirkan yang sampek sekarang aq masih berjuang dan bertarung melawan lapisan2 lemak yang mulai berlomba untuk unjuk kebolehan. Aq berkommit untuk menumpas teroris-teroris lemak dan kolesterol dengan rangkaian diet yang ketat. Sayang, aq phobi exercise. Usaha yang tampak indah tapi sia-sia.
Untuk itu aq bersyukur, tamu itu datang dan mau mengerti rasa trauma dan khawatir ini. Aq masih belum siap untuk hamil lagi karena:
Masih banyak laut yang belum terseberangi
Masih banyak gunung yang belum terdaki
Masih banyak mimpi yang belum teraih
Dan ....
Masih banyak hutang yang belum terlunasi
CHIAYYYOOOOO, RAMBATE RATA HAYO
No comments:
Post a Comment